Sebenarnya masih sangat
banyak pertanyaan-pertanyaan yang selalu terbit saat pertama kali akan
mempelajari RPL, tetapi beberapa pertanyaan tersebut setidaknya mewakili
keraguan mayoritas pemula (baik praktisi maupun akademisi) saat akan
mempelajari RPL. Tetapi benarkah yang terjadi memang demikian?
Apakah
benar bahwa RPL hanyalah teori yang sejedar wajib untuk diketahui dan
kemudian dilupakan begitu saja bagi para akdemisi? Ataukah RPL hanyalah
sarana untuk memahami beberapa istilah teknis yang wajib diketahui para
praktisi agar tidak terlihat “bodoh” di depan para pelangganya? Atau
memang RPL hanya wajib dipelajari oleh para akademisi dan praktisi di
bidang teknologi informasi, dan tidak wajib diketahui oleh para
pelanggan dan pengguna perangkat lunak itu sendiri?
Secara
teoritis, memang pertanyaan-pertanyaan klise tersebut bias dijawab
dengan mudah. Tetapi secara pragmatis, jawaban dari semua pertanyaan
tersebut adalah sangat sederhana. Bahwa tiap pengembangan dan pembuatan
perangkat lunak, disadari atau tidak, sesungguhnya selalu menjalankan
langkah-langkah dari teori dan konsep RPL itu sendiri.
Secara
umum RPL bukanlah sebuah “macan kertas”, tetapi merupakan teori yang
langsung bersentuhan dengan implementasi pengembangan perangkat lunak
itu sendiri. Tetapi tidak seperti halnya ilmu pemrograman yang langsung
“down to earth”, RPL lebih bersifat seperti awan yang dapat dilihat
secara jelas meski secara langsung tidak dapat dirasakan.
Dengan
memperhatikan secara seksama dari jawaban argumentatif tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya RPL adalah dasar utama dari tiap
pengembang perangkat lunak dalam melaksanakan misinya. Tanpa harus
peduli bahwa pengembangan perangkat lunak tersebut dilakukan untuk
kepentingan komersil (yaitu bagi para
praktisi) maupun perangkat lunak yang lebih mengarah kepada sebuah
penbelitian praktis (bagi para akademisi), seluruhnya tetap membutuhkan
pemahaman secara komprehensif mengenai konsep dasar RPL.
No comments:
Post a Comment